Sabtu, 31 Januari 2009

Bayangan kematian

Aku takut pada cermin.



Terutama pada setiap bayangan orang-orang yang terpantul di dalamnya…



Jika ada satu hal yang dapat kuenyahkan dari dunia ini, itu adalah pantulan bayangan. Entah itu di cermin, kaca mobil, ataupun benda-benda mengkilap lainnya yang dapat memantulkan bayangan setiap objek di dalamnya dengan cukup jelas.



Bayangan-bayangan tersebut sungguh membuatku gila! Tak jarang sumsumku berdesir setiap saat secara kebetulan aku melewati objek mengkilat. Terutama jika aku melihat bayangan orang lain selain diriku sendiri di dalam cermin tersebut. Mungkin hal ini dianggap aneh bagi kebanyakan orang. Tetapi apa yang terjadi tiga tahun yang lalu benar-benar telah mengubah hidupku sepenuhnya.

Read more...

horor mas

Malam itu di asrama anak laki-laki panas sekali. Dan Husein masih belum bisa tidur. Berkali-kali ia membalikkan badannya di tempat tidur sambil mengumpat-umpat.



"Kenapa aku harus tidur secepat ini? Aku kan sudah sehat!"



Sudah tiga hari ia menempati klinik asrama karena radang tenggorokan yang dideritanya. Sebenarnya sore itu dokter sudah menyatakan bahwa ia sudah sembuh, tapi ia hanya mengijinkan untuk kembali ke kamarnya esok paginya.



"Besok saja ya, sekarang kan tanggung, kamarmu yang dulu belum dibersihkan. Nanti kalau kamu sakit lagi gimana? Kamu

Read more...

Ternyata Hati Ku Tak Bisa Berdusta

Meski ku coba melupakan mu
Tetap tak bisa ku menghapusmu
Tulus cintaku telah kuberikan padamu

Ku takan sesali mencintai dirimu
Wanita terindah pernah jadi mimpiku
Tak pernah menyesal mengenal dirimu
Walau Jalan yang kutempuh tak tertuju padamu

Meskipun kini kau kuhindari

Read more...

persahabatan

Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?
Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri

Read more...

saat terakhir

Pada Saatnya,
Ketika musim berganti
Dan gugusan mendung yang ranum
Menitikkan tetes hujan pertama
Biduk yang kukayuh akan merapat ke dermagamu
Menyibak kabut keraguan
Lalu mendamparkan hasrat yang hangat dibakar rindu

Pada Saatnya,
Di ujung perjalan

Read more...

Sajak Rindu

Pernahkah kau bayangkan
Rangkaian mimpi yang kupahat di temaram langit
Adalah wujud rinduku yang luruh dalam hening
Dan tenggelam dalam kerik jengkerik di beranda

Pernahkah kau bayangkan

Read more...

Madah cinta fantasi

Wahai sayang ku….!
Jikalau disatu hari nanti….
Engkau sedang merasa sedih dan berdukacita
Serulah aku!
Pasti aku akan segera datang disisi mu
Walaupun aku tidak dapat mengembirakan mu ketika itu
Yang pastinya…
Aku akan turut serta berduka menangis bersama2 mu!
Wahai sayang ku….!
Jikalau disatu hari nanti
Engkau ingin lari berpindah ketempat lain

Read more...

arti hidup penuh cinta

adakah seorang insan yang mengerti..
apakah arti kehidupan ini…
pernah kucari arti cinta sejati
namun yang kutemui hanyalah mimpi..
suatu mimpi kosong yang tak bertepi
apakah salah hati ini
ingin memiliki sebuah cinta sejati..
apakah arti sebuah persahabatan sejati
apakah itu juga sebuah mimpi..?
jika benar,

Read more...

All About Pizza

The term pizza covers a lot of territory. If you want to learn all about pizzas, then you should have a bit of a background on pizzas: specifically the history of pizza, pizza origin, pizza facts, and even pizza trivia such as who invented pizza. The subject also delves into the different types and styles of pizzas. The varieties currently existing defy any attempts at enumeration. Thus, most people who attempt such a task stop at a broad categorization of pizza types according to certain attributes such as crust thickness, crust elasticity, crust baking and cooking procedures, toppings, etc. Aside from general, historical or trivial information, other things are of interest to the pizza lovers. For instance, homemade

Read more...

sahabat cewek untuk cowok

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih
sayangnya pada orang disekitarnya. ...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari
kelembutannya mengatakan kebenaran... ..

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi
dari sikap bersahabatnya pada sesama manusia ...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat
bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap
bijaknya memahami persoalan...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati
yang ada dibalik itu...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang memuja, tetapi
komitmennya terhadap wanita yang dicintainya. ..

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi
dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan...

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca kitab suci, tetapi
dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca.

jurus comblang yang ampuh

Rekan kerja Anda yang tampan dan punya karir sukses itu masih single. Demikian juga dengan sahabat Anda yang cantik tapi suka pilih-pilih pacar. Anda pun mulai menyusun rencana untuk menjodohkan mereka. Eit, tunggu dulu, jangan sembarangan jadi mak comblang. Menurut Dr. Jan Yager, penulis buku 125 Ways to Meet the Love of Your Life, ada beberapa rambu yang perlu Anda patuhi.

1. Motivasi dan Niat
Pastikan motivasi Anda melakukan perjodohan tersebut adalah untuk melihat sahabat Anda bahagia dengan pria yang akan dikenalkan. Jangan sampai di tengah jalan Anda justru baru sadar kalau ternyata Anda juga jatuh cinta pada pria tersebut. Anda juga harus siap mental jika hubungan mereka kandas di tengah jalan dan sang sahabat justru menyalahkan Anda.

2. Kuasai ilmu menjodohkan
Yakinkan dulu apakah sahabat Anda sudah siap untuk membuka hati. Mungkin saja ia masih sakit hati karena kegagalan cinta yang lalu. Apa yang membuat Anda berpikir dua orang tersebut cocok, selain keduanya masih jomblo? Apakah mereka memiliki minat, hobi, serta profesi yang sama? Mak comblang yang baik juga perlu mempertimbangkan adanya chemistry dan kecocokan di antara “kliennya”.

3. Berikan detail, tapi jangan berlebihan
Berikan pada tiap orang deskripsi yang akurat satu sama lain, tetapi tentang hal yang umum saja, seperti kepribadian, penampilan, dan pekerjaan. Anda tidak perlu menyebutkan kebiasaan buruk sahabat pada teman pria Anda, demikian pula sebaliknya.

4. Atur pertemuan
Makan malam bersama 5-6 orang akan mejadi acara yang menyenangkan, fun,dan tidak menekan untuk dua orang yang baru pertama bertemu. Saat pertemuan, perkenalkan mereka berdua, dan biarkan percakapan mengalir apa adanya. Bila mereka tak berminat untuk bertemu lagi, jangan memaksa. Tugas Anda adalah mengenalkan mereka dan melihat apa yang akan terjadi.

5. Jangan memaksa
Setelah pertemuan, Anda tak perlu memaksa mereka untuk merancang kencan. Bila sahabat menolak calon yang Anda sodorkan, Anda bisa mendengarkan pendapatnya tentang tipe pacar yang memang ia cari. Barangkali di masa depan Anda menemukan kandidat yang cocok untuknya.

by google


pilih hidangan pesta

JANGANLAH Anda menyediakan menu hidangan yang asal-asalan saat menggelar pesta pernikahan. Tidak hanya tamu undangan yang kecewa, tetapi Anda pun akan menanggu rasa malu karena acara bahagia Anda tidak berjalan sukses.

Kini Anda tak perlu pusing untuk menyiasatinya, karena Femalefirst akan berbagi saran kepada Anda.

Jangan memilih menu yang aneh atau kalian tidak sukai

Anda harus menyadari bahwa acara pernikahan yang Anda gelar nanti akan dihadiri oleh kerabat dekat, teman-teman, dan tamu undangan lainnya. Jadi janganlah memilih menu ?aneh', yang Anda dan orang lain tidak sukai. Pilihlah menu-menu yang sudah mereka kenal sebelumnya.

Pilihlah menu makanan yang aman bagi semua pihak

Tidak semua undangan yang hadir di pesta pernikahan Anda memiliki keyakinan yang sama. Oleh karena itu tidak seharusnya Anda menyediakan makanan yang menjadi pantangan mereka. Hal ini bertujuan agar menu yang Anda hidangkan tidak terbuang sia-sia.

Tambahkan menu vegetarian

Tidak semua orang mengonsumsi daging, tetapi memilih sayuran hijau dan buah-buahan dalam menu mereka sehari-hari. Kini Anda pun tidak salah bila menyediakan menu tersebut di acara pesta Anda. Siapa tahu undangan yang hadir banyak yang berstatus vegetarian.

Hindari menyediakan minuman keras

Selain memberikan dampak yang tidak baik pada kesehatan, minuman keras juga memberikan efek yang memabukkan bagi yang meminumnya. Oleh karena itu Anda tidak perlu memasukkannya ke dalam daftar menu wajib pesta pernikahan Anda. Bisa saja momen penting ini menjadi rusak akibat salah satu tamu undangan yang mabuk dan membuat keributan di tengah-tengah pesta.

bingung pilih pasangan

Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Hal itu dikenal dalam Islam yang namanya ‘kufu’ ( layak dan serasi ), dan seorang wali nikah berhak memilihkan jodoh untuk putrinya seseorang yang sekufu, meski makna kufu paling umum dikalangan para ulama adalah seagama.

Namun makna-makna yang lain seperti kecocokan, juga merupakan makna yang tidak bisa dinafikan, dengan demikian PROSES MEMILIH ITU TERJADI PADA PIHAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN. Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan mempertimbangkan berbagai sisinya, asalkan pada pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami, merupakan keniscayaan hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia karuniakan kepada setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri. Aisyah Ra berkata, “Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka hendaknya dia melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan”

Rasulullah pun bersabda, “Barang siapa yang menjodohkan kehormatannya dengan orang yang fasik maka dia telah memutus rahimnya” (HR Ibnu Hibban). Nabi juga pernah memberikan pertimbangan kepada seorang sahabiyah yang datang kepadanya seraya minta pertimbangan atas dua orang yang akan melamarnya, lalu Nabi menjawab, “Adapun Muawiyah bin Abi sufyan dia sangat ringan tangan (alias gampang memukul), adapun yang lainnya adalah orang yang fakir tidak memiliki harta yang banyak.” Lalu Nabi menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah.

Dan untuk memantapkan pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA ITULAH YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH DIIKUTI. Tetapi perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri seseorang sering yang lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena itu perlu dilakukan berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu keputusan yang dominan adalah selera semata atau dominasi istikharah agak sulit, kecuali dengan berkali-kali, sekalipun salah satu tanda bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah dimudahkannya urusan tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat yang mutlak.

Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Hal itu dikenal dalam Islam yang namanya ‘kufu’ ( layak dan serasi ), dan seorang wali nikah berhak memilihkan jodoh untuk putrinya seseorang yang sekufu, meski makna kufu paling umum dikalangan para ulama adalah seagama.

Namun makna-makna yang lain seperti kecocokan, juga merupakan makna yang tidak bisa dinafikan, dengan demikian PROSES MEMILIH ITU TERJADI PADA PIHAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN. Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan mempertimbangkan berbagai sisinya, asalkan pada pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami, merupakan keniscayaan hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia karuniakan kepada setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri. Aisyah Ra berkata, “Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka hendaknya dia melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan”

Rasulullah pun bersabda, “Barang siapa yang menjodohkan kehormatannya dengan orang yang fasik maka dia telah memutus rahimnya” (HR Ibnu Hibban). Nabi juga pernah memberikan pertimbangan kepada seorang sahabiyah yang datang kepadanya seraya minta pertimbangan atas dua orang yang akan melamarnya, lalu Nabi menjawab, “Adapun Muawiyah bin Abi sufyan dia sangat ringan tangan (alias gampang memukul), adapun yang lainnya adalah orang yang fakir tidak memiliki harta yang banyak.” Lalu Nabi menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah.

Dan untuk memantapkan pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA ITULAH YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH DIIKUTI. Tetapi perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri seseorang sering yang lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena itu perlu dilakukan berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu keputusan yang dominan adalah selera semata atau dominasi istikharah agak sulit, kecuali dengan berkali-kali, sekalipun salah satu tanda bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah dimudahkannya urusan tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat yang mutlak.

Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Hal itu dikenal dalam Islam yang namanya ‘kufu’ ( layak dan serasi ), dan seorang wali nikah berhak memilihkan jodoh untuk putrinya seseorang yang sekufu, meski makna kufu paling umum dikalangan para ulama adalah seagama.

Namun makna-makna yang lain seperti kecocokan, juga merupakan makna yang tidak bisa dinafikan, dengan demikian PROSES MEMILIH ITU TERJADI PADA PIHAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN. Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan mempertimbangkan berbagai sisinya, asalkan pada pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami, merupakan keniscayaan hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia karuniakan kepada setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri. Aisyah Ra berkata, “Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka hendaknya dia melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan”

Rasulullah pun bersabda, “Barang siapa yang menjodohkan kehormatannya dengan orang yang fasik maka dia telah memutus rahimnya” (HR Ibnu Hibban). Nabi juga pernah memberikan pertimbangan kepada seorang sahabiyah yang datang kepadanya seraya minta pertimbangan atas dua orang yang akan melamarnya, lalu Nabi menjawab, “Adapun Muawiyah bin Abi sufyan dia sangat ringan tangan (alias gampang memukul), adapun yang lainnya adalah orang yang fakir tidak memiliki harta yang banyak.” Lalu Nabi menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah.

Dan untuk memantapkan pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA ITULAH YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH DIIKUTI. Tetapi perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri seseorang sering yang lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena itu perlu dilakukan berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu keputusan yang dominan adalah selera semata atau dominasi istikharah agak sulit, kecuali dengan berkali-kali, sekalipun salah satu tanda bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah dimudahkannya urusan tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat yang mutlak.

by google


Can Data Breaches Be Expected From Bankrupt Mortgage Lenders?

The stock market is in a tumult. Actually, it has been for about a year, ever since the subprime fiasco (anyone take a look at Moody's performance over the past year?) Now that that particular issue has been beaten to death, other mortgage related issues are cropping up. Most of the stuff covered in the media is financial in nature, but some of those mortgage related issues do concern information security.

It's no secret that there are plenty of companies in the US that discard sensitive documents by dumping them unceremoniously: leave it by the curb, drive it to a dumpster, heave it over the walls of abandoned property, and other assorted mind boggling insecure practices. In fact, MSNBC has an article on this issue, and names numerous bankrupt mortgage companies whose borrowers' records were found in dumpsters and recycling centers. The information on those documents include credit card numbers and SSNs, as well as addresses, names, and other information needed to secure a mortgage.

Since the companies have filed for bankruptcy and are no more, the potential victims involved have no legal recourse, and are left to fend for themselves. In a way, it makes sense that companies that have filed for bankruptcy are behaving this way. (Not that I'm saying this is proper procedure.) For starters, if a company does wrong, one goes after the company; however, the company has filed for bankruptcy, it is no more, so there's no one to "go after." In light of the company status, this means that the actual person remaining behind to dispose of things, be they desks or credit applications, can opt to do whatever he feels like. He could shred the applications. He could dump them nearby. He could walk away and let the building's owner take care of them. What does he care? It's not as if he's gonna get fired.

Also, proper disposal requires either time, money, or both. A bankrupt company doesn't have money. It may have time, assuming people are going to stick around, but chances are their shredder has been seized by creditors. People are not going to stick around to shred things by hand, literally.

Aren't there any laws regulating this? Apparently, such issues are covered by FACTA, the Fair and Accurate Credit Transactions Act, and although its guidelines require that "businesses to dispose of sensitive financial documents in a way that protects against 'unauthorized access to or use of the information'" [msnbc.com], it stops short of requiring the physical destruction of data. I'm not a lawyer, but perhaps there's enough leeway in the language for one to go around dropping sensitive documents in dumpsters?

Like I mentioned before, inappropriate disposal of sensitive documents has been going on forever; I'm pretty sure this has been a problem since the very first mortgage was issued. My personal belief is that most companies would act responsibly and try to properly dispose of such information. But, this may prove to be a point of concern as well because of widespread misconceptions of what it means to protect data against unauthorized access.

What happens if a company that files for bankruptcy decides to sell their company computers to pay off creditors? Most people would delete the information found in the computer, and that's that-end of story. Except, it's not. When files are deleted, the actual data still resides in the hard disks; it's just that the computer's operating system doesn't have a way to find the information anymore. Indeed, this is how retail data restoration applications such as Norton are able to recover accidentally deleted files.

Some may be aware of this and decide to format the entire computer before sending it off to the new owners. The problem with this approach is the same as deleting files: data recovery is a cinch with the right software. Some of them retail for $30 or less-as in free. So, the sensitive data that's supposed to be deleted can be recovered, if not easily, at least cheaply-perhaps by people with criminal interests.

Am I being paranoid? I don't think so. I've been tracking fraud for years now, and I can't help but conclude that the criminal underworld has plenty of people looking to be niche operators, not to mention that there are infinitesimal ways of defrauding people (look up "salad oil" and "American Express," for an example). An identification theft ring looking to collect sensitive information from bankrupt mortgage dealers wouldn't surprise me, especially in an environment where such companies are dropping left and right.

The economics behind it make sense as well. A used computer will retail anywhere from $100 to $500. The information in it, if not wiped correctly, will average many times more even if you factor in the purchase of data recovery software. Criminals have different ways of capitalizing on personal data, ranging from selling the information outright to engaging in something with better returns.

Is there a better way to protect oneself? Whole disk encryption is a way to ensure that such problems do not occur: One can just reformat the encrypted drive itself to install a new OS; the original data remains encrypted, so there's no way to extract the data. Plus, the added benefit is that the data is protected in the event that a computer gets lost or stolen. However, commonsense dictates that encryption is something ongoing concerns sign up for, not businesses about to go bankrupt. My guess is that sooner or later we'll find instances of data breaches originating from equipment being traced back to bankrupt mortgage dealers.

The stock market is in a tumult. Actually, it has been for about a year, ever since the subprime fiasco (anyone take a look at Moody's performance over the past year?) Now that that particular issue has been beaten to death, other mortgagerelated issues are cropping up. Most of the stuff covered in the media is financial in nature, but some of those mortgagerelated issues do concern information security.

It's no secret that there are plenty of companies in the US that discard sensitive documents by dumping them unceremoniously: leave it by the curb, drive it to a dumpster, heave it over the walls of abandoned property, and other assorted mindboggling insecure practices. In fact, MSNBC has an article on this issue, and names numerous bankrupt mortgage companies whose borrowers' records were found in dumpsters and recycling centers. The information on those documents include credit card numbers and SSNs, as well as addresses, names, and other information needed to secure a mortgage.

Since the companies have filed for bankruptcy and are no more, the potential victims involved have no legal recourse, and are left to fend for themselves. In a way, it makes sense that companies that have filed for bankruptcy are behaving this way. (Not that I'm saying this is proper procedure.) For starters, if a company does wrong, one goes after the company; however, the company has filed for bankruptcy, it is no more, so there's no one to "go after." In light of the company status, this means that the actual person remaining behind to dispose of things, be they desks or credit applications, can opt to do whatever he feels like. He could shred the applications. He could dump them nearby. He could walk away and let the building's owner take care of them. What does he care? It's not as if he's gonna get fired.

Also, proper disposal requires either time, money, or both. A bankrupt company doesn't have money. It may have time, assuming people are going to stick around, but chances are their shredder has been seized by creditors. People are not going to stick around to shred things by hand, literally.

Aren't there any laws regulating this? Apparently, such issues are covered by FACTA, the Fair and Accurate Credit Transactions Act, and although its guidelines require that "businesses to dispose of sensitive financial documents in a way that protects against 'unauthorized access to or use of the information'" [msnbc.com], it stops short of requiring the physical destruction of data. I'm not a lawyer, but perhaps there's enough leeway in the language for one to go around dropping sensitive documents in dumpsters?

Like I mentioned before, inappropriate disposal of sensitive documents has been going on forever; I'm pretty sure this has been a problem since the very first mortgage was issued. My personal belief is that most companies would act responsibly and try to properly dispose of such information. But, this may prove to be a point of concern as well because of widespread misconceptions of what it means to protect data against unauthorized access.

What happens if a company that files for bankruptcy decides to sell their company computers to pay off creditors? Most people would delete the information found in the computer, and that's that-end of story. Except, it's not. When files are deleted, the actual data still resides in the hard disks; it's just that the computer's operating system doesn't have a way to find the information anymore. Indeed, this is how retail data restoration applications such as Norton are able to recover accidentally deleted files.

Some may be aware of this and decide to format the entire computer before sending it off to the new owners. The problem with this approach is the same as deleting files: data recovery is a cinch with the right software. Some of them retail for $30 or less-as in free. So, the sensitive data that's supposed to be deleted can be recovered, if not easily, at least cheaply-perhaps by people with criminal interests.

Am I being paranoid? I don't think so. I've been tracking fraud for years now, and I can't help but conclude that the criminal underworld has plenty of people looking to be niche operators, not to mention that there are infinitesimal ways of defrauding people (look up "salad oil" and "American Express," for an example). An identification theft ring looking to collect sensitive information from bankrupt mortgage dealers wouldn't surprise me, especially in an environment where such companies are dropping left and right.

The economics behind it make sense as well. A used computer will retail anywhere from $100 to $500. The information in it, if not wiped correctly, will average many times more even if you factor in the purchase of data recovery software. Criminals have different ways of capitalizing on personal data, ranging from selling the information outright to engaging in something with better returns.

Is there a better way to protect oneself? Whole disk encryption is a way to ensure that such problems do not occur: One can just reformat the encrypted drive itself to install a new OS; the original data remains encrypted, so there's no way to extract the data. Plus, the added benefit is that the data is protected in the event that a computer gets lost or stolen. However, commonsense dictates that encryption is something ongoing concerns sign up for, not businesses about to go bankrupt. My guess is that sooner or later we'll find instances of data breaches originating from equipment being traced back to bankrupt mortgage dealers.

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP